KUNINGAN – Delapan pahlawan pasukan Mobbrig cikal bakal satuan Brimob yang gugur dalam pertempuran melawan DI TII pada 1957 lalu di utara kaki Gunung Ciremai, Desa Trijaya, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan diabadikan dalam Monumen Trijaya Perjuangan Brimob.
Pada salah satu sisi monumen yang diresmikan Kapolda Jabar Irjen Suhardi Alius kemarin tersebut tertulis delapan prajurit gugur yaitu Agen Polisi Kepala Moch Husen, Agen Polisi Rata, Atma, Tarko, Kosim, Emon, Kamir, dan Anding. Pembangunan monumen yang berlokasi di sudut lapangan sepak bola desa itu konon merupakan tempat terjadinya pertempuran sengit antara anggota anggota Mobbrig. Kala itu anggota Mobbrig berjumlah 15 orang di bawah pimpinan Wadanton III Komd Polisi Soekarno melawan DI TII yang dipimpin oleh Panglima Godjim yang dikenal kejam.
“Di sinilah tempat anggota Mobbrig beristirahat dan mendirkan bivak dalam menjalankan misi menumpas gerombolan DI TII yang bersembunyi di sekitar kaki Gunung Ciremai. Kekuatan yang tidak seimbang menyebabkan anggota Mobbrig tersudut hingga akhirnya delapan pejuang kita dan dua OKD gugur dalam pertempuran tersebut,” ungkap Letkol Purn Lukas Lakay sebagai Pengurus Ikatan Purnawirawan dan Warakawuri Brimob Indonesia (Ipuri) saat membacakan kilas peristiwa pertempuran Trijaya yang terjadi pada 3 April 1957.
Salah seorang saksi hidup turut hadir dalam peresmian Monumen Trijaya adalah Agen Polisi Kuntadi yang saat itu berpangkat Kapten Polisi Bagian Perlengkapan merangkap keuangan. Tampak keharuan terpancar dari wajah veteran Brimob yang kini telah berusia 84 tahun tersebut ketika membaca delapan nama rekan-rekan seperjuangannya tertulis dalam monumen. Dengan terbata-bata, Kuntadi menceritakan pengalamannya ketika berbincang dengan Kapolda Suhardi Alius, Bupati Kuningan Aang Hamid Suganda, dan sejumlah petinggi Brimob yang hadir dalam acara tersebut.
Menurut Kapolda Suhardi Alius, pembangunan Monumen Trijaya merupakan bentuk penghargaan terhadap prajurit Mobbrig sebagai cikal bakal satuan Brimob yang gugur dalam mempertahankan NKRI melawan DI TII.
SUMBER : KORAN SINDO
Itu adalah salah satu ulasan dari koran sindo mengenai tugu monumen trijaya. Ini bermula waktu lebaran, niat si mau jalan-jalan ke kaki gunung buat hunting foto (gaya lu min). Lalu ga sengaja di ajak ke sini. Jujur ini bukan objek wisata. Dibilang bersejarah si ya pasti, tapi kok nampak kaya KEBON ya lebih tepatnya. Miris memang ada hal semacam ini dan kurang adanya pemeliharaan. Tugu tersebut ada di pojok kanan sebuah lapangan bola yang luas. Samping kiri terbentang hutan lebat & samping kanan ada perumahan warga. di depan monumen ada lapangan bola desa trijaya & gambaran gunung ciremai terbeber jelas. Untuk pemandangan alam si bener-bener natural. Gunung & hutan masih alami. Tapi tetep ga jauh dari sampah bekas anak-anak bermain bola disana. Miris memang , semoga saja nanti ini akan menjadi objek wisata. Kalau mau menarik minat pelancong kan bisa di tambahkan taman , atau lapangan bolanya di rapikan seperti mini stadion , bisa juga ditambah outbond & perkemahan mengingat banyak lahan kosong disini. Itu si tergantung pemerintah & warga sekitar yang mau mengelolahnya. Ini nih hasil foto ku yang bisa ku share kekalian..
Nama para pejuang |
hutan samping monumen |
Gunung ciremai (sayang tertutup awan) |
Pemukiman warga desa trijaya |
Samping monumen |
Karna lapangannya luas, butuh tenaga juga buat lari-lari keliling lapangan. Apa lagi siang hari bolong |
Sudah ya berbagi ceritanya. Wasallamm.....
Komentar
Posting Komentar