Keajaiban Jodoh, Percayalah Tuhan Tau Yang Terbaik..

04 Nopember 2014

Ini tepat tanggal 4 yang ke 38 buat gue dan dia. Dia Dede aradea, gue mau cerita apa yang menjadi rahasia antara gue dan dunia. Ga banyak yang orang tau tentang gue dan dia, mungkin cuma hitungan jari orang-orang yang tau kisah cinta gue dan dia. Dan sekarang, kalian salah satunya.


Semua berawal di tahun 2006 , saat itu gue SMP di salah satu sekolah negri kuningan jawa barat. Gue punya kisah pilu buat menceritakan kenapa dan ada apa dengan semasa SMP. Yaa kita lupakan saja tentang itu. Saat itu usia gue baru 11 tahun. Usia yang cukup pas di bilang puber. Emm puber ? mungkin gue kehilangan fase itu. Gue menjelma jadi anak yang langsung gede. Gue biasa hidup keras, mengatur hidup sendiri, mengelola uang sendiri, mungkin itu yang bikin gue menjadi sosok pengontrol sekarang. 1 hari yang panas gue lihat seorang cowok tinggi , kurus, hitam manis , turun dari angkot sepulang sekolah. Ga ada yang spesial darinya, sepatu lusuh, tas robek, seragam pudar. Apa yang menarik dari cowok galing, hitam & kurus ? Persepsi gue ya pengen punya cowok ganteng. Tapi ada hal yang aneh tiap kali gue ketemu dia, ga pernah bertegur sapa walau kita pernah saling berpapasan. Perasaan yang ga bernama tapi cukup bermakna. Deg degann.. Salting, bingung, malu, tersipu, & aneh. Diusia yang masih cukup ingusan gue ga tau apa arti dari sinyal itu. Gue seorang penghayal, gue pernah 1 bulan menghayalkan hal-hal tentang dia, dimulai dari makan bareng sampe punya keluarga.

Lucu memang, seorang anak nakal bisa jadi pemalu. Sampe gue beraniin tanya ke salah satu temen plus saudara perempuan gue yang paling gue sayang , Dewi Yuni Lestari. "Itu namanya dea , dipanggil munding de" Ohh mungkin pemanggilan Munding (Kerbau) oleh teman-temannya karna dia hitam. Ahh apa peduli gue soal itu, gue pengen tau lebih banyak tentang dia. "Dia anaknya pendiem, dari dulu pernah 1 SD orangnya diem mulu" memang terlihat dari guratan alisnya yang tebal, kalau dia tipikal orang yang lebih senang mendengarkan dibanding didengarkan. "Kenapa kamu suka?" buru-buru gue ganti topik pembicaraan, gue belum brani menerjemahkan arti sinyal ini. Lambat laun , semakin sering melihat semakin gue percaya sama perasaan ini. SUKA.. ya gue masuk ketahap suka. Cinta monyet ?? mungkin saja iya, tapi mari kita buktikan sedalam apa cinta monyet ini. Gue adalah cewe yang hanyut dalam penasaran, gue bakalan uring-uringan kalau gue belum bisa puas dengan 1 informasi. Dia itu.. mungkin gue harus buat listnya ! Yang pasti dia bikin gue penasaran dengan sikap diam & dinginnya. Mulai lah gue kenal dia, walau kita belum pernah kenalan. Boro-boro kenalan, toh sama-sama malu kalau papasan ya pura-pura buang muka / ga liat.

Semakin banyak rumor tentang dia, dari mulai dia suka sama siapa , sampe dia disukain siapa. Rasanya semua berita itu bikin gue ga nyaman. Salah satu langkah yang gue ambil adalah mengumumkan ke publik kalau jelas-jelas  gue suka sama dia. Dan kalian tau apa yang terjadi ? Godaan , ejekan , & guyonan pun penuh setiap harinya tentang perasaan gue. "Nov , ada salam loh dari si dea (panggilan akrab untuk dede aradea)" atau "Cieilah yang suka sama dea, deanya suka ga sama kamu?" walau itu cuma bercandaan tapi rasanya miris, apa yang salah ? apa anak lusuh kaya gue ga bisa dapet kasih sayang? Tapi sosok Dewi sebagai penyelamat dikala galau memberi gue banyak topangan. "Udah, kalau kamu suka nanti aku bantuin comblangin ya" entah janji atau hanya sekedar memberi semangat, gue memegang itu. Saat itu ga kaya sekarang, HP jadi barang langka yang jarang anak SMP punya. Sms jadi 1-1nya komunikasi terkeren saat itu, apa lagi tinggkah para cewe yang brani nembak duluan , hal aneh yang jarang banget gue liat. Kebanyakan ya cuma salam salaman , nunggu di tembak, kalau di tembak ya diterima kalau ga ya nangis-nangis bombay. Pacaran juga ga berani ketemu , cuma brani lewat sms , telepon kalau ada bonus pulsa dari operator.

Dia itu penggemar bola , itu yang bikin dia masuk club di desa. Pertama kali denger suaranya, ga tau kenapa hati gue tenang. Rasanya kaya gue ketemu di satu titik yang nyaman dan ga asing. Tapi yang jadi masalah disini apa dia juga suka sama gue ? Gue ga pernah brani buat nanya. Takut gue sakit hati aja , sampe gue dapet kabar kalau dia udah punya pacar. Temen 1 sekolahnya , kalian tau rasanya kaya gimana ? SAKIT HATI. Gue yang nunggu dia hampir 3 tahun , dia malah jadian sama cewe lain. Gue tau gue emang kurang , banyak malah. Siapa yang mau nembak cewe kaya gue , udah dekil , ga keurus , nakal , ngeyel , idup pula. Cuma nangis yang bikin gue bisa ungkapin semuanya. Ya.. penantian selama 3 tahun sia-sia . Mau dikemanain semua khayalan gue , mau diapain semua perjuangan gue ? dari mulai minta nomer duluan (walau lewat temen), lebih sering lewat depan rumahnya (Caper gitu), rajin keramas & gosok gigi (biar agak bersihan), sampe berkerudung (Biar mamanya seneng liat gue). Eh dianya malah milih cewe lain, ga tau itu bener apa engga. Tapi yang jelas gue udah terlanjur sakit hati. Gue tau arti sakit hati dari lagu lagu jaman itu, dan rasanya melebihi dari yang gue denger dilirik.

2 tahun berlalu, gue pengen jadi sesuatu yang disesalkan. Entah nyesel nolak gue , atau nyesel ga nembak gue. Hahaha jahat ? gue berubah jadi jahat semenjak itu. Di jakarta gue bisa dapet cowo sesuka hati. Pulsa , makan gratis bukan hal yang susah. Tapi gua ga pernah pake hati. Sempet nangis kalau abis putus, tapi seminggu kemudian jadian lagi. Sesekali gue sempet mikirin dia , tapi ga berlarut. Yaa gue bosen sama kehidupan asmara gue , pdkt , nembak, romantis, cemburuan, berantem, putus, remove fb, ga ketemu lagi. Dapet wacana dari temen gue, "Jodoh ga pernah salah hati , yang salah itu hatinya. Membuka pintu buat semua orang yang tiba-tiba. Namanya juga tiba-tiba dateng ya tiba-tiba pergi". Gue inget pas lebaran tahun 2011, mudik kedua gue setelah melanjutkan SMK dijakarta. Tepatnya tanggal 2 oktober 2011 , gue ketemu dia untuk sekian lamanya. Kita bersalaman untuk pertama kalinya dari 3 tahun gue suka dia ditambah 2 tahun gue menjauh darinya. Ibarat film film di tv, ada getaran listrik dari jabatan tangan itu, dunia serasa slow motion. Berharap dia ngerasain hal yang sama. "Hai apa kabar?" sapa gue kaku, untungnya temen-temen dia yang memang temen gue juga mengerti akan kecanggungan gue dan dia. "Baik, kamu?" tanya dia simple , suaranya berubah. Beraksen lebih berat tapi fasih bahasa ibu kota. Cuma itu lalu kita berlalu , dia pulang dengan motornya &  gue juga pulang dengan kebahagian yang ga bisa digambarkan. "Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya dewi yang slalu jadi pendengar setia. "Seneng bi (Panggilan Bibi karna dia lebih tua)" "Jie yang seneng, awas ngapung(Melayang / geer)". Entah takdir atau tidak , ternyata dewi berpacaran dengan teman dekatnya dede. Mereka pun janjian untuk bertemu, juga membawa dede & gue buat dicomblangin. Keesokan malamnya gue ketemu dia, dia ada didepan gue. Ternyata dia lebih manis dari yang dulu. Alisnya tebal, pipi tirus, rambut galing, mata tajem , hidung yang lebih mancung dibanding gue. kata-kata pertama & slalu gue inget dari obrolan pertama kita adalah "Kamu beda sekarang" ya lebih baik / lebih buruk ga penting. Yang penting gue punya 1 malem yang bakalan gue lalui berdua. Tapi sayang jam ga bisa kompromi , gue harus pisah sama dia. Dia mutusin buat nganterin gue pulang. Kondisi malem itu memang menakutkan , namanya juga desa pasti masih banyak kebon & pohon gede-gede yang bikin merinding. Dijalan dia gandeng tangan gue, rasanya makin deg-degan , sampe di depan rumah gue pamit sama dia. dan entah kenapa tiba-tiba gue cium pipinya. Kecupan singkat yang jadi frist kiss gue di kulit hitamnya. Gue ga basa-basi, gue langsung kabur masuk rumah. Berhubung dia udah minta nomor gue , mungkin itu bisa dijelasin lewat pesan singkat.

Berlanjut ya kawan ceritanya :D Nih DISINI

Komentar