Aku tak sendiri , aku tau itu... (1)

“Dasar anak kurang ajar , pergi kau !”

dan ahhhh , aku bermimpi lagi . Melirik jam di dinding atas pintu masih sangat pagi untuk bangun. Apa yang aku fikirkan sebelum tidur, hingga aku memimpikan hal itu ? aku rindu ibu. Semoga laki-laki tua menyebalkan itu tak slalu menyiksanya. Aku harus punya cara untuk bertemu dengannya. Aku harus memastikan kalau ia baik-baik saja. Pasti aku bisa! Beragam ide mulai bermunculan, aku mencari dengan resiko terendah. Namun mata ku berkata lain, aku tertidur dengan sejuta misteri.
“Bangun kau tukang tidur, ayolah dewi sudah 4 kali aku membangun kan mu”
itu anita , teman 1 kos ku. Aku beruntung masih punya teman yang peduli pada ku.
“ya nit, aku mandi dulu”
“Ya memang seharusnya begitu dew , kapan kamu bisa bangun pagi”
 dengan cemberut dia meninggalkan ku untuk mengambil 1 gelas susu
“Hari ini kau lupa , kau mengajak ku untuk pergi hunting foto. Ya semoga saja aku bisa menjadi model mu” dengan nada mengejek
“ohh tidak nit , aku tak butuh badut untuk foto ku”

Dia kembali cemberut dengan ekspresi apa aku segemuk itu ? mana mungkin aku lupa akan hobi ku , apa lagi ini hari minggu. Aku bergegas mandi dan menyiapkan browny , motor matic ku yang ku cat habis coklat.

“Dew, minggu depan aku akan pulang. Ibu ku akan menikah lagi, jadi aku harus pulang”

terlihat jelas raut kecewa di wajah cubby anita. Ya , aku tau perasaan mu. Bahkan aku merasakan lebih dari mu. Ibu , ya ibu. Aku semalam berfikir bagaimana caranya menemui ibu ku. Apa yang harus aku lakukan? Oh ibuuu aku merindukan mu , sungguh aku tak tahan saat aku ingat terakhir kali dia mencium rambut ku. Sambil terisak ia memberi ku uang dan menyuruh ku pergi jauh dari rumah, alasannya karna lelaki tua itu akan menjual ku ke laki-laki hidung belang. Aku pergi menurut walau berat meninggalkan ibu sendirian, aku tau ibu tersiksa jauh dari ku. Tapi aku tak punya pilihan aku harus pergi demi masa depan ku. Foto ku terkumpul banyak , aku suka Street Fotografi. Anita mengajak ku kesebuah Toko pakaian , sepertinya ini toko baru. Aku tak pernah kesini apa lagi membeli pakaian , bukan hal yang aku sukai .

“dew jangan bengong, bantu aku memilih pakaian yang cocok. Aku ga mau kelihatan gemuk di depan ayah baru ku”

Ayah baru ku ? mungkin anita sudah siap menerimanya. Aku memilihkan baju yang cocok untuknya , dres hitam dengan hiasan bunga kecil di sepanjang pinggangnya. Aku rasa hitam membuatnya terlihat kurus. Saat kami berjalan kekasir , aku melihat cowo tinggi dengan jambul yang tampak tidak simetris , menghadap ke laci belakang kasir dia tampak mengambil 1 parfum lalu memberikannya ke ibu-ibu yang menunggu di depan meja kasir. Tunggu dulu, bukannya itu Abu ? abu teman SMA ku ? abu yang pernah bilang suka pada ku, lalu aku tolak karna aku takut ia malu mempunyai pacar seorang anak pelacur. Oh tuhan mengapa aku di pertemukan disini , disituasi ini. Emm mungkin aku harus pergi sekarang , atau ahhh aku merasa hidup ku berhenti saat ini.

“Dew, sini. Ngapain di situ”
Oh tuhan anita , kau tak tau apa yang aku rasakan.

“Dewi , apa itu kau”

Suara nya tetap sama , abu laki-laki yang sebenarnya aku juga menyukainya. Dia keluar dari kasir & menghampiri ku. Oh dia bertambah tinggi sekarang , mungkin 5cm dibanding dulu. Kini dia lebih baik, wajahnya lebih tegas menampilkan sifat ramahnya, kerah lengannya yang tak seimbang dengan otonya, bulu mata yang dulu aku sering mengejeknya karna lebih panjang di banding milik ku. Tampar aku , apa dia benar abu yang dulu ?

“Hey apa kabar? Mengapa kau tak menelepon ku. Aku mencari mu”

Dia abu ku, dia masih tetap sama. Selalu masuk ke inti tanpa basa-basi. Nomor telphon ? tentu aku masih menyimpannya di kotak derita ku. Kotak yang berisi peninggalan ayah kandung ku, kertas yang berisi cerita curhat ku , dan juga selembar potongan kertas dari kotak kardus air mineral tertuliskan nomor telephon abu yang ia beri saat aku akan naik kereta. Ada apa dia disini ? dia mencari ku ?

“Abu”

Nafas ku sesak memanggil namanya, entah mengapa aku ingin menangis. Bukan karna sedih, tapi karna aku menemukan warna di hidupku. Aku tak mengerti mengapa, aku ingin memeluknya.

“Hey bisa kah kalian profesional. Aku adalah pembeli dan aku sudah menunggu kalian saling menatap selama 20 menit tanpa di layani.”

Untunglah anita menyadarkan kami berdua dari lapisan pemisah dimana hanya aku dan abu yang merasakannya.

“maaf nona , aku tak ingin membuat mu menunggu. Dewi kita harus bicara nanti, tunggu aku”

Ya abu bisa membuat anita terpanah mengangah dengan tatapan berlebihannya yang bilang, apa dia barusan merayu ku? Itu lah abu , suka memberi kata-kata yang terlampau manis untuk setiap wanita , itu membuat ku mengangkat bahu sambil mengeluarkan hembusan angin . Aku mendekat saat anita mengeluarkan ATM nya , ku lihat abu serius dengan tuts keyboard mesin kasir.

“Terima kasih, silakan datang kembali”
“Dew yu pulang”
“Emm bentar nit, aku ada urusan sama abu”
“Kasir itu ?? ... oke aku tunggu didepan ya. Aku laper , jangan lama-lama”

Anita pun melenggang didepan ku, meninggalkan abu yang terus menatap ku.

“Dew bisa kita bicara”

Dari nada bicaranya terlihat ia begitu menyimpan kesedihan, dia pergi jauh dari rumah untuk menacari ku ? apa itu gila ? dia menarik tangan ku kesebuah tempat duduk kecil di dekat jendela, toko baru buka jadi tidak terlalu ramai. Abu menjadi daya tarik tersendiri disini , bukan karna ia tampan. Tapi karna .. aku tak tau , mungkin aku yang hanya melihatnya begitu menarik ?

“Dewi , aku mencari mu. Kenapa kamu ga telphone aku ? berapa lama kau jauh dari ku dewi. Aku merindukan mu “

Rindu ? abu tentu rindu pada ku. Ia menyimpan rasa  pada ku. Dan aku pun sama, mungkin 2 tahun aku menjauh darinya. Sekarang aku 20 tahun & aku tetap menyukainya. Ahh bodohnya aku tak menerima dia dulu

“Maaf , aku punya masalah yang tak bisa aku bagi dengan mu , tapi aku juga merindukan mu”

Kata-kata itu keluar tanpa diminta, oh abu aku memang merindukan mu. Rasanya dunia menindih ku saat itu juga. Aku malu tapi memang aku rindu padanya. Ku intip sedikit ia melihat ku , tersenyum. Senyum simpul yang terlihat tulus.

“Bisa kah kali ini kau mengabari ku ? aku sangat menunggu itu dewi. Aku rasa kau butuh berbagi dengan ku”

Dia mengeluarkan sebuah kartu nama. Satrio Abu Anggara , Casier Unique toko fashion . Aku mengambilnya , jantung ku rasanya mau copot saat ingat ia menggenggam ku.

“Aku harus pergi , anita menunggu ku”
“Anita.... Baik lah , bicara padanya kalau bajunya tidak muat bisa ditukar”

Untuk pertama kalinya aku bisa tertawa selepas ini , ya karna dia.  Aku tau anita gemuk , tapi ia pasti marah pada ku bila aku mengatakan pesan itu. Aku berbalik dan ia memeluk ku... Oh tidak ini tempat umum abu ,

“Aku menyayangi mu dewi”

Entah mengapa aku ingin menangis , aku tak mau ia melepas pelukannya. Aku ingin dia , ingin dia tau apa yang aku rasakan selama ini.

“Maaf , aku harus pergi. Aku janji akan mengabari mu segera”

Dia melepas tangannya dan menjauh dari ku , membukakan pintu dan aku melihat anita di sebrang jalan menunggu ku dengan menggenggam dua donat. Ia seperti tak melihat ku , ia sibuk mengatur Iphonenya. Tuhan apa lagi yang akan kurasakan sekarang , satu orang lama masuk kembali kekehidupan ku. Aku teringat ibu ku, ya ibu. Aku masih tak punya cara untuk menemuinya. Aku berjalan tanpa menengok , aku tau jalanan Bandung ramai pada pagi hari , apa lagi ini hari libur. Aku berjalan tak menghiraukan bunyi klakson kendaraan yang keget karna aku melintas tiba-tiba.

“Dewi apa kamu gila , lihat kejalan”
“Oh apa ?”

Aku langsung sadar dan berlari ketepi jalan , ku lihat abu di sebrang ia mendekat kesisi jalan . Mungkin ia akan menarik ku karna aku akan tertabrak. Ku lambaikan tangan seakan semuanya abik-baik saja. Anita menarik tangan ku yang tak sabar ingin mencoba baju barunya.

to be continued...

***

Komentar