Aku tak sendiri , aku tau itu ... (9)

Bunyi denting piano mulai terdengar, aku sudah tak bisa terpejam sejak malam. Mungkin abu pun sama dengan ku. Aku rindu padanya, aku tak melihatnya hampir 1 minggu. Waktu yang cukup lama untuk ku, andai ibu disini. Oh tuhan jangan menangis, aku tak boleh menangis , aku bisa itu.

“Dewi, kau sudah selesai?”

Ayah membuat ku mengusap air mata ku

“kenapa kau menangis ? ini hari besar mu”
“aku hanya rindu ibu”

Ayah duduk disamping ku, dia membuka tangannya memberikan isyarat akan sebuah pelukan. Aku mendekatkan wajah ku didadanya. Dia wangi sekali hari ini, dengan setelan jas hitam & dasi warna coklat , dia terlihat lebih muda.



“Maafkan aku sayang, kalau bukan karna aku ibu mu masih disini. Aku menyesal, aku siap kau menghukum ku. Tapi kau malah menerima ku kembali, kau anak yang baik. Sangat baik yang pernah aku terlantarkan”
“Ayah.. perkataan mu membuatku ingin menangis”
“Maaf maaf, aku yakin penata rias mu akan mengomeliku karna aku menumpahkan air mata diwajah mu. Kau tau, kau cantik seperti ibu mu”
“terima kasih ayah, abu sudah datang?”
“Mungkin sebentar lagi, aku akan menelephonenya”

Ayah melepas pelukannya dan meninggalkan ku sendiri dikamar. Aku mengambil tisu dan merapihkan wajah ku. Yaa.. ini hari pernikahan ku. 6 bulan setelah perginya ibu, abu meminta ku untuk hidup bersamanya. Aku hanya mempersiapkan kurang dari 3 minggu untuk ini, dadakan ? tentu saja semuanya serba dadakan. Itulah abu ku, dia keras kepala namun aku tetap mencintainya. Aku bersyukur memiliki 2 pangeran yang ada disamping ku, ayah & abu. Ayah sudah tinggal dibandung hampir 2 bulan, sekarang dia membuka bengkel , sesuai hobinya akan motor. Aku ingat saat malam larut ayah menemui ku, meminta maaf & bersujud didepan ku. Tapi ini bukan salahnya, ibu meninggal karna sakit. Aku memang marah pada ayah ku, tapi aku butuh dia. Hanya dia satu-satunya orang tua ku, ayah & ibu kandung ku sudah tenang disana. Aku bisa memaafkannya, tapi apa dia bisa berubah untu ku? itu pertanyaan yang membuat ku gelisah. Lambat laun aku melihat dia memang berubah, pergi dari prostitusi , berhenti mabuk, mulai bekerja dengan halal & lebih menyayangi ku. Hanya dia, hanya dia yang tersisa.

“Dew.. kamu disini?”

Anita membangunkan ku dari lamunan yang tiba-tiba datang.

“Ya, kenapa?”
“Ekhem.. perhatian perhatian.. pangeran abu sudah datang”
“abu ? gimana ganteng gak?”
“Kalau aku bilang ganteng, kan lebih ganteng tito”
“anita please... this is my wedding”
“hahah bercanda kok sayang, dia tampan. Melebihi emmmmm melebihi tito deh ga papa”
“Nit... maafin aku ya, buat semua kesalahan ku. Terima kasih kamu sudah menerima ku disini”
“owww... dewi kau tau, aku sudah menangis 4 kali pagi ini. Sekarang kau mau menambahkannya?”
“kamu cantik pagi ini”
“kau lebih cantik, bersiap siap lah. Setelah ijab kobul aku akan menjemput mu”
“baiklah, oh ya bisa kau berikan ini? Sebentar”

Aku mengambil pulpen dan menulis sebuah pesan dari tisu yang aku gunakan tadi

Kau pangeran ku,
Aku mencintai mu,
_Dewi

“Tolong kasi abu ya”
“Emm apa ini?”
“jangan dibuka oke, please”
“Ya aku tau kau sedang kasmaran, tunggu disini ya dew”
“oke”

Aku memberikan jempol ku dan dia meninggalkan ku. Abu ku , aku tak sabar dengan hari ini. Aku berdiri dan menatap diriku dicermin. Stelan kebaya & rok layer batik membuat ku terlihat berbeda. Dengan payet & manik berwarna coklat, senada dengan ukiran batik di rok ku. Jujur aku pusing dengan sanggul ini juga hiasan di kepala ku, apa wajah ku terlalu aneh ? aku seperti bukan aku. Bibir merah , alis tebal dan bulu mata ini. Huhhh benar kata ayah, penata rias itu terlalu cerewet. Semoga abu suka dengan ku, ya tentu karna dia mencintai ku. Terdengar suara pidato seorang laki-laki di luar, aku mencoba mengintip dari balik tirai kamar ku. Abu memilih garden party, jadi semuanya terlihat lebih santay & kekeluargaan. Ada om barney & tante fitri , mereka cantik dengan batik couple. Ada mamah & papahnya abu, wow tante melda sangat cantik dengan kebaya warna nude , sama seperti anita. Mungkin aku harus belajar memanggil tante melda dengan sebutan mamah. Ada tito , hendra teman kerja ku, anggi & angga adik kembarnya abu, ada stevani teman SMA ku , dan mereka semua berkumpul. Aku tidak keluar kamar sejak pagi ini, aku tak tau siapa saja yang datang.
Setelah berpidato, abu menjabat tangannya & mengucapkan kalimat sakral itu. Serentak orang-orang disekitar berkata “sah” dan abu menadahkan tanganya. Aku pun sama , ya tuhan terima kasih atas hari ini , kemarin & selanjutnya. Kini aku menjadi seorang istri & calon ibu dari anak-anak ku. Kuatkan aku agar menjadi istri & ibu yang baik. Kepada mulah aku memohon maaf & kemurahan segalanya. Aamiin..

“dewi dewi..... huh hah huh hah.. ayo kedepan”
“anita.. pelan-pelan.. aku pake high heels nih”
“Emmm aku ga sabar liat ekspersi abu pas liat kamu”
“Aku malu, apa ada yang kurang?”
“kamu cantik dewi, berapa kali aku bilang”
“oke ayo”

Aku menjabat tangan anita & melangkah meninggalkan kamar ku. Aku mulai berbelok kehalaman depan. Semua mata menatap ku, tapi aku tak mengiraukannya. Aku mencari tatapan pangeran ku, ya.. abu. Dia tampan , sangat tampan.... dengan jas berwarna coklat muda , dasi berwarna senada , sepatu & kemeja putih. Dia menatap ku seperti tatapan pertama kali kita bertemu. Aku melirik kesebelahnya , ada ayah ku & papa Ramli. Mereka tak kalah tampan & gagah, aku melihat mamah melda menangis , aku memberi senyum kepada nya. Aku sampai di altar, ada bunga-bunga melilit di setiap tiang & atapnya. Aku menaiki tangga & abu membantu ku. Sentuhan tangan pertama setelah 1 minggu kami terpisah & sentuhan pertama setelah aku menjadi istrinya.

“Baik adinda dewi & ananda abu. Kalian sekarang sudah sah menjadi suami istri. Jalankanlah masing-masing kewajiban , niatkanlah semuanya karna beribadah kepada Allah”

Aku menandatangani surat pernikahan kami, begitu juga abu. Sesekali aku melirik abu , tatapannya dalam & panas. Ya panas.. aku bahagia sekali aku ingin berteriakk....

“Prosesi selanjutnya adalah sungkem kepada kedua orang tua”

Aku rasa memilih dita sebagai MC pilihan tepat, dia receptionist di kantor ku.
Abu menuntun ku & aku bersujud di pangkuan mamah melda. Dita membacakan sajak permohonan restu yang membuat ku menangis, mama mencium kening ku.

“jadilah istri yang berbakti pada suami mu, dampingi abu itu tanggung jawab mu sayang”

Lalu aku berpindah ke papa ramli, dia tak kuasa menahan tangisnya saat mengusap rambut ku

“Sudah sudah , papa merestui mu nak”

Abu kembali menuntun ku menuju ayah ku, aku yang pertama bersujud padanya.

“ayah maafkan aku”
“kau sudah memberikan yang terbaik dewi, maafkan ayah juga”

Kini abu mulai memohon restunya

“jaga anak ku, hanya dia yang aku miliki. Dan kini kewajiban mu membuatnya bahagia”

Selepas acara sungkem , aku dan abu harus berganti baju. Di sesi kedua ini aku yang mengambil andil dalam hal kostum. Aku lebih memilih dress berwarna peach , dengan kombinasi tutu. Aku terlihat seperti putri , aku suka dress ini. Ada hiasan bunga di sepanjang sisi kanan kamisol , juga tak lupa selendang panjang yang mengait di rambut ku.

“Kau cantik sayang”

Abu mencium ku, aku berganti pakaian bersama. Dia memakai jas putih dengan  kemeja berwarna peach , dasi putih dengan hiasan manik dikepala lipatan. Sepatu putih & jambul tak simetris miliknya. Dia harum kenzo , kesukaan ku.

“Kau tau, aku ingin hari ini berlalu cepat”
“kenapa?”
“karna harusnya aku sudah menculik tuan putri dan membawanya pergi”
“genit...”
“aww sakit dewi”
“maaf sayang”
“kau tau, ini hari terindah untuk ku. Aku memiliki mu sekarang, kau milik ku”
“Ya aku juga”

Abu mencium kening ku lagi & terdengar ketukan dipintu

“huhhh bisa kah aku bermesraan dengan istri ku hari ini sebentar saja”

Aku mengangkat 1 alis ku & menepuk dadanya.

“masuk”
“sudah siap?”

Itu bu Lili, dia penata rias juga gaun ku.

“aku rasa sudah, terima kasih”
“hati-hati dengan gaun mu dewi, aku tak ingin kau jatuh”
“tentu , sekali lagi terima kasih bu lili , atas semuanya”
“yang terbaik untuk mu, ayo tamu sudah menunggu, aku bantu mengangkat gaun mu”

Abu mengenggam ku & membuka pintu untuk ku. Rasanya aku ingin ketoilet.. aku tak pernah menjadi pusat perhatian seperti ini. Abu meremas tangan ku & aku menatapnya. Tampak guratan kebahagiaan tampil disenyumnya. Lantunan lagu Turning Page berirama lembut, aku tak tau tito bisa bermain piano. Kerenn.....

“Di persilakan untuk kedua mempelai duduk di kursi pengantin”

Dita menaruh mic & menghampiri ku.

“Selamat ya cantik , ummm aku pasti akan menyusulmu”
“thanks , buru-buru ya”
“oke... sekarang sesi menerima ucapan dari tamu. Sesi yang paling lama dari semua acara”
“Thanks dita, sudah bersedia menajdi MC di pernikahan ku”

Abu merangkul pinggang ku & melemparkan senyum ke dita. Aku rasa dita meleleh mendapat tatapan tajamnya abu

“Tentu saja, apapun untuk kalian berdua. Oke aku harus kembali kemarkas ku”

Aku tertawa melihat ekspersi lucunya dita. Sebelum tamu mengampiri ku abu mencium tangan ku.

“Aku ingin berdansa dengan mu”
“tentu pangeran”

Entah berapa tangan yang menjabat tangan ku & memeluk ku. Aku ingin melepas high heels ku , ini terlalu tinggi untuk ku.

“Sakit?”
“em em...”
“aku suka kamu pakai high heels. Aku lebih mudah mencium mu”
“ya aku kan pendek”

Aku memberinya nada mengejek

“Lepas saja,  gaun mu menutupi kakimu sayang”

Kenapa aku tak memikirkannya dari tadi, aku melepas sepatu ku. Aku bersyukur tidak memilih yang bertali. Pasti lebih sulit untuk melepasnya secara diam-diam. Sesekali aku terkekeh & abu menahan tawanya, pengantin wanita yang tak memakai sepatu , mungkin hanya aku. Tapi aku lebih nyaman melepas sepatu itu.

“Mungkin mempelai mau request lagu?”

Tanya tito , aku melihat anita yang menatap tito penuh kemesraan. Aku yakin tito akan menyusul ku meminang anita.

“A Thousands Years”

Abu berdiri dan menuntun ku menuruni tangga, dia meminta ku berdansa. Ada sebuah altar kecil di tengan tengah kursi tamu. Abu sengaja menyiapkan itu untuk aku dan dia berdansa. Aku memeluk abu & dia mulai berputar, aku kesulitan berjalan karna gaun ku, tapi abu menikmati langkah kecil nya. Sesekali diamencium rambut ku, ini ciuman ke 5 dikepala ku hari ini.

“Kemana kita akan pergi?”

Abu mulai bertanya pada ku, aku memberi isyarat dengan menunjuk hatinya.

“kesana ? bukan kah dari dulu kau sudah disana?”

Aku mengencangkan pelukan ku, dia bisa membuat ku meleleh melebihi panas sore ini. Aku tak memperdulikan pasang mata yang menatap ku dan abu. Aku mencintainya tuhan, sangat mencintainya...

Terima kasih untuk kesempatan akan cinta ini, kebahagiaan ini tak bisa aku gambarkan. Aku ingin menangis bukan karna sedih, tapi karna aku kehabisan kata menjelaskan tentang hari ini. Kau milik ku, sekarang dan seterusnya...
to be continued...
***

Komentar