Aku tak sendiri , aku tau itu ... (8)

Ini hari rabu yang membosankan , aku bertengkar dengan abu tadi malam, karna dia mengantar teman bisnisnya. Ya abu memang pengusaha muda, dia menjalankan bisnis pakaian wanita & pria pada usia 20 tahun , dia mendapatkan modal dari ayah & ibunya. Dia pintar , lulusan SI Marketing , dia tampan & keren. Hemhhh terlalu banyak rasa cemburu ku kalau mengingat ia dan wanita-wanita disekitarnya. Contohnya Tian , dia cantik & menarik. Pintar tentu saja , dia berniat membuka cabang baru di jakarta untuk brand fashionnya. Sedangkan aku ? aku hanya pekerja kantoran biasa , yang lebih suka jeans plus kaos tentu saja dengan flat shoes. Aku tak bisa memakai dress seperti tian , aku tak bisa berdandan tebal seperti dia. Tapi aku adalah aku , abu mencintai ku karna aku menjadi diri ku sendiri. Hemh aku rindu dia , aku ingin menelephonenya. Ku rogoh saku baju ku emm dimana HP ku ? di tas ? tak ada. Mungkin dimotor , aku berlari keparkiran & tetap tidak ada. Apa aku lupa ? ya mungkin aku lupa. Pagi ini aku pergi bekerja sendiri , lebih pagi sebelum abu menjemput ku. 2 bulan sudah ibu di sini , aku tak pernah kelaparan karna tidak sarapan. Pasti ibu menyimpan HP ku, terakhir kali aku ingat saat memakai sepatu ku di depan pintu. Mungkin aku meninggalkannya disana.


“Dewi , ayo pulang”

Itu hendro , teman makan siang ku. Dia berbadan kurus & tinggi 163, setinggi aku.

“yaa aku lagi ga mud lembur”
“keliatan dari mukanya kok”
Aku tertawa, kami mengobrol sampai di parkiran.
“hati-hati ya dew”
“yaaa”

Perasaan ku tak enak sejak pagi meninggalkan rumah , tidak seperti biasa ibu mencium ku dan memeluk ku lebih lama dari biasanya. Aku harus buru-buru pulang. Aku mengencangkan laju motor ku. sampai aku tiba dirumah, ibu sedang apa ya ? memasak mungkin. Aku berlari ke pintu dan ku cari-cari HP ku tetap tak ada. Kemana HP ku , dan ibu ku dimana dia. Aku menengok dapur ,kamar , juga kamar mandi dia tetap tak ada. Apa ibu ku kepasar ? ini sudah sore mana ada yang buka. Aku melempar tas ku kekasur lalu aku berbaring di sampingnya. Huhh ibu ku kemana , HP ku juga tak ada. Anita di lampung sudah 2 minggu , ibu nya menikah lagi dan dia memilih liburan disana. Aku juga rindu anita , walau kadang dia menyebalkan tapi dia keluarga ku yang berharga. Mungkin aku harus telephone abu , aku harus berhenti marah padanya. Aku bergegas keruang tamu dan menggenggam gagang telephone. Ku tekan tombol dan nada menunggu pun berbunyi.

“halo”
“hai.... abu”
“dewi kamu dimana?”

Kenapa dia? Nada bicaranya seperti kawatir .

“aku dirumah. Hp ku hilang”
“hp mu ada di aku, ibu mu kritis di ICU”
Apa ibu ???? ibu kenapa ? oh tuhan jaga ibu ku
“ibu?”
“dewi jangan menangis kau harus tetap sadar. Aku akan menjemput mu segera”

Aku langsung mematikan telephonenya. Ada apa dengan ibu ku, ibu ibu kau baik baik saja bukan ? aku merosot kelantai , aku tak kuat tuhan jangan ambil ibu ku. aku masih ingin bersamanya. Aku menangis aku tak tau harus apa kecuali menunggu abu datang. Hampir 1 jam aku menangis , merangkul kaki ku & menyandarkan pipi diatas dengkul ku. aku mendengar suara langkah  berjalan menaiki tangga itu pasti abu. 

“dewi, kau baik-baik saja”
“ibu, bawa aku keibu ku”
“ya sayang”

Dia menggendong ku, aku terlalu lemas saat ini. Dia menutup pintu dan masuk keruang kemudi. Dia memasangkan ku sabuk pengamannya

“perlu minum”

Aku hanya menggeleng.

“baiklah”

Dia menyalakan mesin & mobil melaju lebih cepat.

“ibu mu terkena kanker folikuler. Itu kanker kelenjar ganas yang tumbuh disekitar leher. Ditandai perubahan suara , batuk & adanya benjolan dileher”

Benjolan ? ya aku tau. Aku pernah bertanya pada ibu dan dia bilang itu bisul. Bodohnya aku !!

“ibu tidak menjelaskan kalau dia kena kanker abu”
“ya aku juga tidak tau apakah ibu mu memang tau atau tidak, sekarang kankernya menyebar ke paru-paru & hati”
“separah itu?”
“ya sayang, aku datang kerumah mu tadi pagi dan aku melihat ibu mu tergeletak. Aku langsung membawanya kerumah sakit. Lalu aku melihat HP mu tertinggal , aku tak tau nomor kantor mu”
“kenapa kamu ga jemput aku”
“dokter bilang harus ada seseorang yang menunggunya. Karna sewaktu-waktu kejadian bisa tak terduga dan butuh keputusan pihak keluarga”
“ibu ku”
“sayang tenang lah aku disini. Hp mu di saku jaket ku , ambil”

Aku mengambilnya dan buru-buru menelephone anita

“nit”
“dewi kenapa kamu?”
“ibu ku masuk rumah sakit”
“apaa?? Kenapa?”
“kanker folikuler, dia kritis nit. Dokter mau operasi, ibu”
“OMG dew, itu parah. Folikuler bisa menyebabkan kematian mendadak dew”

Penjelasan anita membuat ku semakin kencang menangis. Tuhan aku masih  ingin menjaga ibu ku.

“lebih cepat”

Aku menghapus air mata ku, aku perlu berfikir. Kalau memang ibu ku harus pergi , itu memang kehendak mu tuhan. Tapi biarkan aku meminta izin akan restunya. Aku mohon tuhan , ku mohon. 

“dewi aku mau parkir , kamu langsung kedalam. Belokan pertama kamar ke dua sebelah kanan”

Aku menggangguk , dan cepat mencari kamar ibu ku. kamar kedua , itu dia. Aku membuka pintu dan aku tak melihat siapapun, dimana ibu ku. dimana dia , aku berlari ke receptionist .

“sus , ibu ku ana anggaeni 40 tahun katanya dikamar kedua daru lorong sudah pindah ya”
“sebentar ya”

Aku menunggu dengan gelisah , abu datang menghampiri ku. dia terlihat kawatir, tapi aku lebih dari itu.

“kok disini”
“ibu ga ada dikamar”
“maaf mas mbak , ibu ana sudah meninggal . dia sekarang ada di kamar mayat untuk di mandikan , mohon persetujuannya akan memandikan disini atau dirumah?”

Apaaa ibuuu kuuuuuuuu?? Ruangan terasa gelap, dan aku seperti mengantuk. Dimana aku? Ini lorong yang gelap, aku berlari sekuat tenaga mengikuti arah cahaya. Ibu.. itu ibu ku ? ibu ku duduk di kursi kayu , dia sangat cantik.

“dewi apapun yang terjadi kau harus kuat. Aku menyayangi mu anak ku”
“dewiii..... dewi.........”

Haaaaaaaaaaa aku menarik nafas dengan kasar & cepat, dimana aku. Aku tidur diranjang yang keras.

“tolong jangan pergi”
“ibu ku”
“sudahlah , semua orang memag harus pergi dewi”

Aku menangis, aku tak mengeluarkan suara itu terasa  begitu menyesakkan. Pelukan ibu dan masakan ibu tadi pagi adalah yang terakhir. Aku teringat mimpi ku, aku belum sempat memeluknya. Aku .. aku sendirian... ayah ibu kenapa kau tinggalkan aku sekarang ? abu berdiri dan mengangkat ku. aku dipelukannya ,aku menangis & mendengar isakannya juga. Hanya abu yang aku punya , aku juga tak mau kehilangannya. Mulut ku terasa kering, mata ku berat. Kepala ku pening, aku bersandar di pelukannya abu. Lama dia tak melepas pelukannya, aku mulai tenang. Yang harus aku lakukan sekarang adalah merawat ibu ku terakhir kalinya. Ya aku harus kuat,

“abu”
“ya sayang”
“boleh aku minta tolong”
“apapun”
“aku ingin melihat ibu”
“kau kuat berjalan?”

Aku menggeleng, kaki ku seperti ager jelly. Mungkin aku terguncang.

“aku akan mengambilkan mu kursi roda. Tunggu disini”
“jangan pergi kumohon”

Lalu ku lihat di samping pintu ada telephone , mungkin suster bisa membawakannya kesini

“coba kau telephone”

Aku menunjuk kearah pintu dan dia melepas ku. aku seperti kehilangan tembok untuk bersandar.

“abu , aku mau minum”

Abu mengangguk & mencari extention receptionist

“sus bisa tolong kursi roda untuk pasien yang tadi pinsan, ....... Teh hangat mungkin...... terima kasih”

Abu menutup telephonenya dan berjalan dengan langkah yang besar kearah ku, lalu memeluk ku lagi. Aku merasa tenang ada di pelukannya, dia sumber kekuatan ku. tak lama suster datang membawa kursi roda , juga suster yang lebih tua membawa teh.

“sudah bangun neng, bisa ibu periksa”

Dia lembut , ramah & penuh kehangatan. Sama seperti ibu ku

“mas , dilepas dulu ya. Nanti dipeluk lagi”

Abu melepas ku dengan ragu-ragu , dia sepertinya tau kalau aku memang terguncang.

“emm ini si shock, dah minum dulu tehnya ya”

Ia menyodorkan ku air , lalu abu mengambilnya.

“apapun yang ada disini pasti kembali kepemiliknya. Kamu masih muda , hari mu masih panjang. Lakukan yang baik-baik biar orang tua mu bangga. Udah jangan menangis, kasian ibu mu perlu diurus segera”

Aku teringat , aku memang harus kuat. Aku meminum setengah gelas teh tawar , ini membuat empedu ku kembali ketempatnya. Mual ku mulai hilang tapi pandangan ku masih tak fokus.

“perlu aku gendong”

Aku menggeleng, aku bisa abu. Suster membopong ku untuk naik ke kursi roda , dia membenarkan ikatan rambut ku & memasang kancing baju ku. masa bodo dengan penampilan ku. abu membawa ku ke ruang pemandian zenajah. Ku lihat ibu ku tertidur disana. Bengkak di lehernya masih jelas terlihat, aku menggenggam tangan ibu & menciumnya. Aku tak boleh menangis aku tak boleh menangis , itu semacam mantra dalam otak ku. lalu aku bergeser kedekat telinga nya,

“ibu terima kasih untuk semuanya , aku memohon restu untuk menikah. Maafkan aku belum menceritakannya, aku mencintai mu bu”

Abu meremas pundak ku, aku tau dia ingin membuat ku tenang. Aku sesekali merapihkan rambutnya yang lepas kebelakang telinga , sambil terus memandang ibu ku. aku ingin mengingatnya terakhir kalinya. Aku tak boleh menangis , dan aku bisa.

“abu”
“hem”
“aku mau urus ibu ku , kita harus segera memakamkannya”
“kau yakin hari ini ? ini jam 4 sore sayang”
“lebih cepat lebih baik”

Abu membalikan kursi roda menuju receptionist , abu berbincang dengan suster & aku memilih menelephone anita.

“dewi kamu dimana ? gimana ibu mu”
“ibu sudah baik sekarang , tenang saja”
“secepat itu ? syukurlah”
“dia dimakamkan hari ini nit”
“dewi ibu mu?. OMJ dewi , aku pulang sekarang”
“anita , tenang. Ada abu disini”
“mana bisa, kamu butuh aku dewi. Stop komentar”

Anita mematikan telephonenya, aku melirik ke abu & dia mengeluarkan kartu ATM nya.

“abu biar aku saja”

Dia terdiam sambil memberikan isyarat berhenti dengan tangannya. Oh ya aku kan tidak bawa tas !!

“oke ibu mu akan dimandikan , ada pemakaman dekat sini. Kau perlu ganti baju / mandi sayang?”
“ya”

Mungkin aku butuh mandi & pakaian bersih. Aku akan lebih segar dengan itu

“pulang?”

Aku mengagguk, abu membawa ku kepintu utama rumah sakit. Aku melihat seorang anak menangis dengan darah di kakinya , bau obat sangat terasa disini. Aku menatap jari ku yang tersimpul. Aku rindu ibu 

“sayang kursi rodanya mau dibawa pulang?”

Aku menggeleng , abu akan menggendong ku tapi aku mulai bangkit. Dia memegang pundak ku, aku masih seperti jelly , tapi tidak terlalu lunak.

“fine?”
“ya”

Abu memapah ku menuju mobilnya. Lalu memakaikan aku jaket, padahal aku tak kedinginan.  Memasangkan ku sabuk pengaman dia berputar kekursinya. Aku bersandar di mobil, aku perlu tidur. Aku memejamkan mata ku dan aku tau, abu tak akan mengganggu ku. aku perlu tidur , aku ingin memipikan ibu lagi. Aku ingin bicara padanya, lucu memang bicara pada orang yang sudah tiada. Ibu andai kau tau , aku bangga menjadi anak mu.

to be continued...
***

Komentar